Impact Five Limited

Translate

Minggu, 15 Desember 2013

Pesan Untuk Pengeluh

Jangan berharap dan selalu berfikir bahwa hidup ini sangat bersahabat, sangat sesuai dengan apa yang kita inginkan. Terlalu banyak hal dalam perjalanan hidup ini yang bukan merupakan kendali kita. Ketidakpastian itu selalu datang, tak ubahnya ombak di lautan yang terus datang silih berganti ke tepi pantai. Tidak ada gunanya mengeluh dan meratapi ketidaknyamanan atau ketidakadilan yang dirasakan. Biasakan diri kita dengan hal-hal tersebut, karena  dengan beginilah kita akan mampu mengatasinya dan menaklukannya untuk terus melangkah meraih makna hidup yang lebih berharga, yang lebih bermartabat dan menjadi pribadi yang lebih bermanfaat.

Berhentilah mengeluh dan menyalahkan orang lain atas ketidakmampuan kita dalam memperbaiki keadaan. Keluhan dan menyalahkan orang lain hanya akan memperburuk situasi dan merendahkan diri sendiri. Berhentilah mengekploitasi kekurangpahaman kita terhadap apa yang sedang terjadi, karena hal itu tidak hanya akan melelahkan diri sendiri, tetapi juga akan menghambat kerja pihak yang lebih berkompeten dan bertanggungjawab untuk menyelesaikannya agar orang-orang yang suka mengeluh dapat tersenyum lega. Semai dan tebar selalu benih-benih kebaikan, baik dalam tindakan dan pemikiran agar kepincangan atau ketidakajegan yang sedang terjadi dapat menjelma menjadi sesuatu yang mampu memberi inspirasi dan kekuatan kepada pengeluh. Mengeluhlah sewajarnya. Jangan berlebihan hingga mengasihi diri sendiri dan menyalahkan orang lain.

Selasa, 03 Desember 2013

December's food of thought

 "Sabar tidak hanya merupakan seni dalam beramal yang mampu memberikan kenikmatan dalam lelahnya bekerja, tapi juga memberikan kekuatan dalam mencapai tujuan dengan menghilangkan rasa bosan dalam menempuh ketidakpastian".

Kamis, 28 November 2013

Mahatma Gandhi's inspiring quote

Mahatma Gandhi quotes:
"Keep your thoughts positive, because your thoughts become your words. Keep your words positive, because your words become your behaviour. Keep your behaviours positive, because your behaviours become your habits. Keep your habits positive, because your habits become your values. Keep your values positive, because your values become your destiny"

Minggu, 15 September 2013

Kupon Berhadiah : Modus Pembodohan Masyarakat

Berbagai modus kupon berhadiah yang mendorong dan mendidik masyarakat utk mendapatkan hasil dgn jalan pintas. Lihat saja di koran-koran lokal di banyak daerah. Semuanya itu model pembodohan sistimatis yg dilakukan pemimpin, politikus, dan tokoh masyarakat yang harus diwaspadai. Saling membesarkan sesama manusia memang dianjurkan, tetapi membesarkan diri sendiri dengan membodohi masyarakat sangat tidak terpuji. Masyarakat yang harus cerdas dan mencerdaskan diri, kalau tidak, masyarakat akan terus dieksploitasi dan dibodohi pihak lain untuk mendulang populeritas sesaat.

Mungkin tidak ada masalah dengan medianya, apalagi media yang memang mengembangkan model komunikasi transaksional dengan pembacanya sehingga memungkinkan terjadinya proses negosiasi makna antara apa yang disajikan dengan yang masyarakat maknai. Yang justru bermasalah mungkin adalah sikap masyarakat yang permisif dan membiarkan hal itu terjadi tanpa menunjukkan keberatan atau perlawanan, sehingga media dengan leluasa memanfaatkan ruang tersebut. Langkah kongkrit setiap individu dapat dilakukan dengan tidak berpartisipasi dalam program 'bagi-bagi rejeki', 'bagi-bagi belanja', 'bagi-bagi uang buka', atau apalah modus-modus lainnya.

Meskipun sebagian orang menganggap modus kupon undian berhadiah adalah salah satu strategi pemasaran  untuk memperkenalkan dirinya dalam dunia politik merupakan hal yang sah-sah saja,  masih banyak orang yang lebih percaya bahwa modus seperti itu cermin ketidakmampuan kandidat dalam meyakinkan masyarakat untuk memilihnya. Banyak (calon) politikus yang melakukannya dengan mengeksploitasi mimpi masyarakat untuk mendapatkan sesuatu yang lebih dengan cara-cara yang gampang.  Pembodohan kepada masyarakat harus dihentikan. Realita ini memang terasa getir. Tetapi justru disinilah tugas kita yang cukup menantang: mencerdaskan untuk masyarakat dan melawan "Der Media-Gewalt" ("kejahatan media"). Jargon "siapa yang menguasai informasi (media) dapat menguasai dunia" dipraktikan di tengah masyarakat yang masih pragmatis dan hedonik.

Kamis, 05 September 2013

Keluhan berbalut Kritikan


Pancaran aura positif, baik dalam prilaku dan bertutur akan melahirkan kedamaian tidak hanya bagi orang yang memancarkan aura positif tersebut, tetapi juga bagi orang-orang terkena atau bahkan hanya melihat pancaran aura positif tersebut.  Kebaikan, atau sisi positif, dari sesuatu yang diungkapkan secara terus menerus akan memperlebar kebaikan itu sendiri, dan bahkan mampu memperbaiki kekurangan semua orang.  Lalu mengapa masih sering kita temui orang yang sama sekali tak mampu berterima kasih pada apa yang dimilikinya, orang yang sama sekali tak mampu melihat, selain dirinya, dari sisi positifnya.  Sungguh sangat menyedihkan kalau kita terus mendengar orang atau sekelompok orang yang sama terus menerus mengeluh tanpa henti dan mengeritik semua hal yang ada di depan matanya.  Luar biasa ‘sudut pandang’ orang seperti ini, apapun yang ada di sekitarnya selalu dilihat dari sudut pandang yang negatif.  Seseorang perlu kemampuan sosial untuk selalu berusaha melihat persoalan dari sudut pandang yang positif. Dalam memandang sesuatu, kalau kita ingin fokus pada dimensi negatif, pasti akan ketemu, karena tidak ada manusia yang sempurna, apalagi perbuatan manusia.
Orang-orang yang demikian sama sekali tak layak untuk dibenci, tapi harus dikasihani.  Lalu mengapa kita harus merasa sedih dan iba pada orang-orang yang senantiana mengeluh sembari mengeritik membabibuta tanpa mampu melihat sesuatu dari sisi positifnya ?.  Orang-orang yang demikian biasanya merupakan orang-orang yang kesepian, kurang percaya diri, sedang gelisah, sedang menutupi kelemahan, sedang mencari perhatian, atau jangan-jangan memang mengalami penderitaan psikis dan fisik dimasa lalunya.    Orang-orang yang senantiasa berkeluh kesah dan dikemasi dalam bentuk kegiatan mengeritik sesuatu secara tidak proporsional sebenarnya tidak sedang membuat menara kebajikan, tetapi seang menggali lubang untuk dirinya sendiri. Semakin bayak yang disampaikannya, semakin meningkat pemahaman orang lain tentang kepicikannya.

Jumat, 09 Agustus 2013

Waspadai Pelecehan Al-Qur’an melalui Perangkat Komunikasi


Tidak dapat dipungkiri bahwa kemajuan teknologi informasi mempermudah kehidupan manusia dalam kesehariannya.  Hampir semua urusan dan kebutuhan, apalagi informasi dan ilmu pengetahuan dapat diperoleh dengan cepat. Tidak hanya itu, bahkan mengaksesnyapun sudah tidak menggantungkan pada ruang dan waktu tertentu. Ironi pemanfaatan kemajuan teknologi informasi ini juga terjadi, salah satunya, dalam bagaimana masyarakat belajar, membaca, mendengarkan dan memahami nilai-nilai luhur yang terkandung dalam kitab suci Al-Qur’an.  
Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa perangkat komunikasi saat ini, apakah telepon genggam, komputer (PC, netbook dan Laptop), atau smart phone dengan berbagai merek dagang dapat dilengkapi dengan fasilitas menyimpan Al-Qur’an secara utuh.  Bahkan berbagai peralatan tersebut dapat digunakan untuk mengakses situs tertentu agar seseorang dapat belajar, membaca, dan mendengarkan Al-Qur’an.  Seseorang dapat dengan mudah melakukannya, kapanpun dan dimanapun.   Ruang dan waktu bukan menjadi hambatan bagi seseorang lagi, yang penting ada kemauan untuk belajar, membaca, mendengarkan dan memahaminya.  Namun demikian,  justru dengan kemudahan seperti inilah aspek etika dan adab memperlakukan kitab suci menjadi sesuatu yang harus dipertanyakan. 

Kamis, 08 Agustus 2013

Salah Kaprah tentang Mudik Lebaran

Dalam suasana Iedul Fitri, jutaan orang Indonesia yang mudik ke kampung halaman, menemui orang tua, kerabat dan teman semasa kecil dan remaja. Suasana suka cita menyelimuti keseharian pemudik, menutupi segala pengorbanan yang dikeluarkan untuk mudik. Sayangnya lebih banyak yang tampaknya hanya mudik secara fisik, tanpa makna untuk pengembangan diri secara hakiki.  Mudik cenderung  menjadi arena untuk unjuk sukses, pamer generousity dan atribut sukses lainnya.  Prilaku ironis ini menyertai ungkapan ‘maaf lahir dan bathin’ yang disampaikan secara santun dan elegan tanpa memahami makna yang sebenarnya. Mudik yang sebenarnya merupakan proses kembali ke fitrah seorang manusia sebagai individu dan sebagai anggota masyarakat untuk memperbaiki kualitas diri dan masyarakat. Yang terjadi malah mudik cenderung menyuburkan prilaku superioritas, hedonisme, materialisme dan rasionalisme. Mudah2an hal ini hanya sebuah prasangka yang keliru.

Sabtu, 27 Juli 2013

Apa yang Salah dengan Masyarakat Kita ? : Gila Gelar

Gelar memang merupakan suatu atribut tersendiiri bagi seseorang untuk mudah dikenal orang lain, meski dalam suatu komunitas yang kecil.  Saling memberi gelar atau julukan sesama kawan, atau dalam anggota keluarga justru merupakan ekspresi kekeluargaan dan kedekatan dalam persahabatan.  Gelar juga dapat diberikan oleh komunitas atau lembaga formal lainnya, termasuk gelar yang diberikan oleh adat dan  lembaga pendidikan formal.  Beberapa hal yang ironis justru berkembang di masyarakat kita. tentu saja hal ini dalam jangka panjang berakibat fatal bagi masyarakat kita sendiri. 

Gelar adat
Dalam sepuluh tahun terakhir ini yang marak terjadi adalah pemberian gelar adat yang terjadi di banyak daerah di Indonesia.  Sering kita membaca di koran-koran lokal, bagaimana prosesi pemberian gelar adat kepada Kepala Daerah dalam suatu upacara adat. Gelar Raja atau bangsawan juga diberikan kepada anggota Forum Komunikasi Pemerintah Daerah (yang dulu disebut dengan unsur Muspida). Bahkan istri Kepala Daerah juga diberi Gelar sesuai dengan adat istiadat setempat.  Pernah juga terjadi bahwa gelar adat juga diberikan kepada tamu (biasanya Kepala Daerah lain) yang berkunjung ke suatu daerah.

Jumat, 26 Juli 2013

Apa yang Salah dengan Masyarakat Kita ? : Gemar Mengaku Miskin.


Kemiskinan di negara kita mungkin juga disebabkan oleh proses pemiskinan yang dilakukan diri sendiri dan keluarga banyak masyarakat kita. Pemiskinan secara moral dan etika terhadap diri sendiri dan keluarga yang terus menerus dilakukan dalam tindakan konkrit sehari-hari akan berujung pada kemiskinan secara ekonomis dan secara sosial. Kita sering menemukan betapa masih banyaknya masyarakat  kita yang dengan sukarela dan ikhlas mengaku dirinya miskin agar mendapatkan kompensasi dari negara.

Senin, 22 Juli 2013

Apa yang Salah dengan Masyarakat Kita ? : Semua Dapat Diatur


Masyarakat kita sudah sangat percaya bahwa semua kesempatan, semua aturan dan semua seleksi dapat diatur. Semuanya dapat direkayasa, semuanya dapat dikendalikan sesuai dengan keinginan otoritas.  Masyarakat kita sudah sangat percaya bahwa semua aturan dapat diakali, dapat dicari pembenaran hukumnya untuk menutupi kejahatan. Masyarakat kita juga sudah sangat percaya bahwa semua proses  seleksi hanyalah sebuah sebuah formalitas belaka untuk memperoleh sebuah justifikasi.

Jumat, 19 Juli 2013

Apa yang Salah dengan Masyarakat Kita ? : Membeli Amanah (2)


Fenomena lain yang sering terjadi dalam masyarakat kita terkait jual beli amanah sejak masa reformasi ini adalah dalam kegiatan penerimaan calon pegawai negeri sipil dan promosi jabatan yang terjadi di banyak kabupaten dan propinsi di Indonesia.  Seperti halnya dengan korupsi, modus yang terjadi tidak ubahnya seperti kentut yang berbau, bentuknya tidak dapat dilihat, tapi baunya mengganggu orang di sekitarnya. Kalau tidak ada orang yang mengaku melakukannya, atau mendengar langsung secara dekat suara letupannya, maka akan sangat sulit untuk mengetahui siapa pelakunya.  Entah apa yang terlintas dalam  benak banyak masyarakat kita.  Menjadi abdi masyarakat kok harus dan mau membayar. Memiliki tanggungjawab lebih besar dalam pekerjaan di kantor, kok harus dan mau membayar.

Rabu, 17 Juli 2013

Apa yang Salah dengan Masyarakat Kita? : Membeli Amanah

Aneh memang, tapi itulah yang sering terjadi dalam masyarakat kita dalam banyak kesempatan. Salah satu contohnya adalah dalam upaya menjadi seorang anggota dewan, menjadi kepala daerah, menjadi pejabat, menjadi kepala desa, atau menjadi apa saja yang merupakan representasi dari masyarakat.  Semestinya amanah atau kepercayaan masyarakat itu diperoleh karena masyarakat memang melihat seseorang itu pantas untuk diberi amamah, untuk diberi tanggungjawab, baik karena prestasi, pengalaman, ketrampilan khusus, komitmen, integritas, kejujuran. Sangat lazim kita dengar obrolan khalayak, atau baca di koran tentang bagaimana seorang calon anggota legislatif atau kepala daerah diisukan mengeluarkan uang untuk mendapatkan suara, benar-benar beli suara, agar terpilih. Proses beli suara ini bak gayung bersambut. Banyak anggota masyarakat yang akhirnya bersikap ambil uang dari semua kandidat, persoalan memilih persoalan kedua.  Bahkan disinyalir, banyak uang dari para kandidiat tidak benar-benar dikeluarkan oleh ‘sales’ nya untuk disampaikan kepada pemberi suara.  Aneh memang, pembeli suara memneli suara melalui orang-orang kepercayaannya. Ada anggota masyarakat yang memang mau menjual suaranya kepada satu kandidat saja. Ada juga yang ambil semua uang dari semua kandidat. Ada juga orang kepercayaan kandidat malah tidak melakukan pembelian apapun, kecuali memanfaatkan syahwat kekuasaan kandidat.
Menyedihkan memang. Mudah-mudahan hal tersebut tidak terjadi. Kalau pun terjadi, entah siapa yang harus disalahkan. Lebih menyedihkan karena kejadia seperti itu melibatkan banyak orang yang berpendidikan, banyak orang yang mengaku religious, dan selalu menyampaikan dan menasehati bahwa hal tersebut bukanlah sesuatu yang boleh dan pantas dilakukan.  Kerakusan bertemu dengan kebodohan, dibumbui kepicikan, kemunafikan ketidakjujuran, ketidakpercayaan diri, pragmatisme lalu berbaur saling mengeksploitasi di sepanjang jalan menuju kehancuran dan merendahkan nilai-nilai kemanusiaan.  


Selasa, 16 Juli 2013

Apa yang Salah dengan Masyarakat Kita ? (1)

Apa yang salah dengan kebanyakan masyarakat Indonesia ini?. Setiap hari kita disajikan dengan berita dan kenyataan yang sering terjadi di sekitar kita dengan kejadian-kejadian yang sangat menggugah integritas dan nilai-nilai kebenaran.  Banyak orang yang mampu membicarakan dan bahkan untuk mengajak agar mematuhi aturan, menjunjung tinggi kejujuran, keadilan, kemanusiaan dan berbagai nilai positif lainnya yang memang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat dan dalam kajian pengetahuan.  Banyak ajakan dan himbauan agar kita saling menghormati, saling menghargai, saling menolong, menjauhi tindakan manipulatif, munafik, koruptif, nepotik, kolutif, dan menjauhi segala bentuk tindakan yang mengancam tatanan sosial.

Sabtu, 06 Juli 2013

Mau Sekolah/Kuliah yang Bagus? Harus Tahu Kemampuan Akademik

Sungguh merupakan suatu keberuntungan karena bisa bertetangga dengan guru-guru dan dosen yang mempunyai integritas tinggi dalam melaksanakan tugas dan proses pendidikan, termasuk dalam proses penerimaan siswa dan mahasiswa baru. Kita semua tahu kalau di awal tahun ajaran baru orang tua disibukkan dengan bagaimana mendapatkan sekolah yang baik untuk anak-anaknya.  Para tetangga saya yang kebanyakan pendidik tersebut bertutur kalau mereka sangat heran dan bahkan merasa sangat sedih karena kecenderungan masyarakat untuk melakukan jalan-jalan pintas untuk mendapatkan kesempatan sekolah atau kuliah. Menurut mereka masih sangat banyak anggota masyarakat sangat yakin kalau uang yang mereka miliki bisa mendapatkan segalanya, mampu menyisihkan prinsip-prinsip kejujuran dan keadilan dalam penerimaan siswa dan mahasiswa baru. Masih sangat banyak anggota masyarakat yang dengan tanpa rasa malu dan risih berusaha menyuap para guru dan dosen. Masyarakat tidak pernah berfikir kalau tindakan itu adalah sebuah pelecehan terhadap profesi dan pribadi pendidik, yang membuat para pendidik merasa sangat terhina dan sangat direndahkan.

Minggu, 30 Juni 2013

Know The Many Benefits Of Laughter


by Steven K. Conlan

True to the age old proverb of laughter being the best medicine, this uncomplicated expression of glee has many benefits. Here we glance at how laughter can assist your wellbeing and why you must luxuriate in it each day.

The 1st and foremost advantage of laughter is that it assists enhance general fitness. It's because of this, that many yoga poses incorporate laughter. There are a number of researches and reports that opine that laughter could enhance your fitness in more than just one manner. It augments the pumping of blood, increases the circulation of o2 and boosts your immunity mechanism. As a result, your general fitness is certain to increase.

Quite surprisingly, laughter could reduce blood pressure as well. Many researches have proved that people fighting with blood pressure laugh very rarely. Almost always anxiety is the leading cause of health troubles such as hypertension. This is where laughter comes to your aid. It alleviates stress which subsequently regularizes the blood pressure readings to a brilliant extent.

Rabu, 26 Juni 2013

Menuju Ketinggian


Sungguh merupakan suatu keberuntungan bagi orang yang dapat menikmati sensasi dan pemandangan ketika berada di ketinggian. Jika duduk di bagian jendela pesawat dan melihat keluar, tidak hanya bentuk dan sebaran awan saja yang dapat kita lihat dan nikmati, tetapi juga bentang alam yang begitu indah dan menakjubkan. Situasi itu mampu memberikan sensasi tersendiri, sesuai dengan persepsi kita, dan pada akhirnya mengakui kebesaran Illahi dan lantas membuat diri merasa tidak memiliki apa-apa di hadapan Sang Pencipta. Kita juga akan menemukan sensasi yang serupa daripemandangan ketika kita berada di atas menara dan di puncak gunung.  Berada di ketinggian yang lebih memberikan peluang bagi seseorang untuk melihat apa yang terjadi di sekitarnya dengan lebih konprehensif.
Menuju ketinggian, misalkan dalam hal ini, menuju puncak gunung memang merupakan perjalanan yang melelahkan. Demikian juga dengan menggapai cita-cita dan impian. Semuanya memerlukan waktu, memerlukan energi, memerlukan komitmen dan integritas, dan tentu saja memerlukan keputusan untuk mencapainya.  Ada orang yang dengan sengaja memutuskan untuk berhenti menuju ketinggian. Ada juga yang memutus untuk terus mendaki menuju ketinggian. Ada juga orang berhenti sejenak, lalu melanjutkan perjalanan menuju ketinggian. Semuanya adalah keputusan. Keputusan untuk terus atau berhenti mendaki juga memerlukan perhitungan dan rencana serta kesiapan yang matang. Kalau tidak akan tergelincir dan bahkan jatuh sebelum mencapai tujuan. Integritas dan komitmen terhadap nilai kebenaran juga sangat penting untuk mencapai ketinggian.

Sabtu, 08 Juni 2013

Cari Perhatian untuk Menutupi Kegalauan

Sering kita melihat bagai mana orang, misalkan di bandara, berbicara dengan keras, bahkan tertawa dengan terbahak-bahak, tanpa memikirkan bagaimana terganggunya orang yang ada di sekitarnya. Orang-orang seperti itu sebenarnya sedang menutupi kegelisahannya dan berusaha untuk menenangkan dirinya. Apalagi jika orang tersebut tertawa sambil melihat kiri dan kanan seolah-olah mempertegas kehadirannya dalam kerumuman publik. Dengan bertindak demikian, orang tersebut mungkin saja dapat segera merasa menjadi bagian dari lingkungan barunya. Prilaku seperti itu juga sebenarnya juga menunjukkan bahwa orang tersebut sedang mengalami perasaan kurang percaya diri, sehingga berusaha untuk ‘menaklukkan’ lingkungan barunya dengan bersikap attractive, menunjukkan keberadaannya, dan agar mampu berusaha untuk menyesuaikan dengan lingkungan barunya. Ironinya, ekspresi yang dikeluarkan malah mengganggu orang lain di sekitarnya. Kita dapat saja merasa terganggu terhadap situasi seperti itu. Tetapi sebenarnya kita juga harus merasa iba kepada orang tersebut, karena ia sedang mengalami situasi inferior. Karena situasi seperti itu terjadi di tempat umum, sebaiknya kita menyingkir saja dari orang-orang yang berbicara dengan keras dan tertawa terbahak-bahak tersebut, apalagi disertai dengan celingak celinguk provokatif. Mengingatkan mereka agar tidak mengganggu orang lain hamper dipastikan tidak ada gunanya, karena orang-orang yang sedang merasa inferior atau minder biasanya bersikap defensive dan cenderung aggressive.

Rabu, 05 Juni 2013

Kekuatan harapan, do'a dan semangat

Setiap hari manusia bangun dari tidurnya, ada yang sejak fajar menyingsing, bahkan ada yang terbangun oleh deraan sinar matahari pagi. Matahari senantiasa terbit, tidak peduli manusia masih tidur atau sudah bangun. Begitu juga kehidupan setiap orang yang harus terus berlanjut selama manusia itu hidup. Setiap orang bangun dari tidurnya disertai harapan dan rencana untuk mengisi harinya. Mewujudkan rencana tersebut, berbagai masukan disiapkan, materi, tenaga dan harapan itu sendiri. Teruslah berharap, teruslah berupaya untuk mewujudkannya, jangan lupa berdoa tentunya. Harapan dan do'a merupakan dorongan internal yang luar biasa pentingnya dalam mencapai harapan itu sendiri. Keduanya mampu menaklukan ketiadaan fasilitas dan pendukung lainnya. Kata orang bijak, fasilitas boleh terbatas, tapi kreativitas jangan sampai terbatas. Harapan dan do'a mampu mendorong seseorang untuk kreatif dalam mencapai tujuannya. Keduanya juga mampu melahirkan semangat untuk terus berusaha. Ya, semangat!. Kemajuan dalam usaha dan pekerjaan setiap detik, setiap menit, setiap jam, setiap hari, dan setiap waktu membutuhkan semangat. Jangan pernah mengkombinasikan harapan, do'a dan semangat dalam berusaha, dalam bekerja, dalam belajar, dalam mengisi keseharian kita. Ketiganya mampu melahirkan optimisme dalam menjalankan pekerjaan dan kehidupan agar berhasil dan memberi manfaat kepada banyak orang, tidak hanya pada diri sendiri. Laptop, buku, dan bahkan uang boleh tinggal ketika akan pergi kerja, tapi jangan pernah meninggalkan ketiganya.

Sabtu, 01 Juni 2013

Kerelaan dalam sepak bola

Lagi-lagi tentang sepak bola. Permainan ini tidak hanya kadang mampu menghibur penontonnya lewat atraksi individu dan kerjasama tim yang mengundang decak kagum, tetapi juga mampu memberikan pelajaran akan pentingnya sebuah kerelaan dan keikhlasan. Sering kita melihat bagaimana seorang pemain yang dengan kooperatifnya memberikan umpan kepada temannya yang relatif lebih berpeluang dalam melesakkan bola ke gawang lawan untuk menjadi gol. Kerelaan seperti ini membutuhkan integritas yang tinggi dengan menempatkan kepentingan tim di atas kepentingan populeritas individu. Sering juga, sebaliknya, kita disuguhi tontonan dimana seorang pemain yang memaksakan aksi individunya dengan melindas kepentingan tim lalu gagal melesakkan bola ke gawang lawan. Bahkan kadang lebih ironis lagi sesekali kita disuguhi tontonan dimana seorang pemain meluluhlantakkan kesempatan rekan setimnya untuk memasukkan bola ke gawang lawan dengan merebut bola yang sudah hampir pasti dapat dilesakkan rekannya hanya karena karena sudah disepakati tim bahwa ia harus menjadi pencetak gol. Bayangkan kalau bola yang direbut tidak dilesakkan dengan baik, pasti penyesalan pemain lainnya, pelatih dan bahkan pendukung fanatik tim yang mencuat. Semestinya setiap pemain harus mampu bersikap jujur terhadap diri sendiri tentang siapa yang paling berpeluang menciptakan gol, tanpa harus memaksakan penugasan pelatih, apalagi hanya untuk menuntaskan target individu.

Selasa, 28 Mei 2013

Tackling adalah keputusan


Menendang kaki lawan adalah pilihan yang harus dilakukan oleh seorang pesepakbola untuk merebut bola yang sedang berada lebih dekat dengan kaki lawan tersebut. Kejadian seperti itu, men-tackle keras,  tidak terjadi tanpa kesadaran penuh dari pelakunya.  Demikian juga dalam keseharian kita. Setiap orang pasti punya kesempatan untuk ‘men-tackle’ gerakan orang lain. Tetapi tidak semua orang melakukannya. Keputusan untuk ‘men-tackle’ atau tidak adalah tindakan sadar, meskipun dapat tampak seolah-oleh tidak sengaja di mata orang lain. Keputusan itu juga merupakan cermin integritas terhadap prinsip-prinsip kebenaran, kebaikan, dan tentu saja keindahan.  Apapun keputusan yang diambil akan senantiasa membekas dalam pikiran seseorang, meskipun tak semua orang mengetahuinya. Sangat mungkin dengan keputusan untuk ‘men-tackle’  gerakan orang lain (yang dapat saja tidak diketahui orang lain) akan membuahkan gol (jika itu sebuah permainan sepakbola) dan bahkan memenangkan pertandingan, tetapi motif, metode dan keputusan yang diambil akan meninggalkan derita batin bagi pelakunya dan kesan yang jelek bagi penontonnya.  Derita batin dan kesan jelek tersebut tidak akan pernah hilang sepanjang  kehidupan ini ada. Jadi, semuanya kembali kepada kita, apakah akan bertindak dengan baik, benar dan indah, atau akan bertindak sebaliknya dalam menyikapi gerakan orang lain di sekitar kita.   

Minggu, 19 Mei 2013

5 (lima) Alasan Untuk Menjadi Seorang Entrepreneur


Menjadi seorang wirausahawan (job creator) memang tidak mudah, tetapi sering keadaan yang membuat seseorang harus menjadi seorang wirausahawan, termasuk para lulusan perguruan tinggi. Ada beberapa alasan yang mendorong orang untuk harus menjadi seorang wirausahawan.  Alasan pertama adalah terbatasnya lapangan atau lowongan kerja. Semua orang tahu kalau pemberi kerja lebih suka member kesempatan kepada orang-orang yang sudah memiliki pengalaman, minimal satu tahun dalam bidangnya. Seorang fresh graduate dari perguruan tinggi tentu saja sudah tidak dapat mengikuti seleksi, kecuali selama kuliah yang bersangkutan sudah pernah mengikuti kegiatan magang. Disamping itu juga, biasanya pengisian lapangan kerja di sektor swasta lebih banyak sudah terisi lewat rekomendasi pribadi seorang professional yang mampu memberi jaminan tentang kemampuan seseorang.  Kadang juga lowongan sudah tersisi lewat hubungan personal dan sosial lainnya, yang didasarkan pada kepercayaan yang berlandaskan profesionalisme. Lowongan di instansi pemerintah, selain memang terbatas jumlahnya, sering tidak dilakukan atas dasar kompentensi pencari kerja. 

Rabu, 15 Mei 2013

Untung Masih Ada Guru


Sungguh beruntung tinggal di samping sekolah dasar. Setiap pagi sebelum berangkat kerja, apa lagi kalau ada upacara bendera atau kegiatan taffakur, dapat mendengarkan teriakan-teriakan guru untuk memastikan siswa-siswanya melakukan sesuatu dengan benar. Membayangkan tanggungjawab guru-guru sekolah dasar, rasanya sungguh tak adil betapa banyak guru-guru yang dipermainkan, yang dijadikan objek kepentingan sesaat oleh pihak lain. Untung masih ada guru-guru sekolah dasar yang mau datang pagi-pagi meninggalkan anak-anaknya sendiri untuk menemui anak orang lain di sekolah. Untung masih ada guru-guru yang mau menyalami murid-muridnya dengan tulus, menatap matanya dan menanyakan apa kabar. Untung masih ada guru yang mau menuntun siswa-siswanya yang kadang bau (bau keringat, kadang bahkan mulut bau petai dan jengkol). Untung masih ada guru yang menolak untuk dipaksakan membantu siswanya dalam ujian nasional. Untung masih ada guru yang tidak menghabiskan tunjangan profesinya untuk kredit mobil, tapi beli buku dan bahan ngajar. Untung masih ada guru yang mau menjalankan profesinya dengan tulus dan bertanggungjawab, bukannya menjalankan tugas demi status pekerjaan atau karena ikut suami atau ikut istri. Untung masih ada guru yang mau mengembangkan bahan ajarnya dan mengembangkan dirinya untuk menyesuaikan diri dengan keadaan siswanya dan menolak jadi perpanjangan tangan penerbit. Untung masih ada guru yang mau memahami kekurangan pahaman pemenrintah kota/kabupaten dalam menrencanakan usulan pembayaran tunjangan, sehingga setiap tahunnya banyak guru tak pernah menerima tunjangan secara penuh dua belas bulan.  Untung masih ada guru yang berusaha memahami bahwa desentralisasi pendidikan justru membuat mereka tidak dapat berdedikasi dengan baik, tetapi terus bekerja dengan penuh tanggungjawab dan berusaha melalaikan terlalu banyak intrik-intrik politik lokal yang picik. Masih banyak lagi sisi positif yang dilakukan guru dengan segala keterbatasannya dan kekurangannya. Kalau mau melihat kekurangannya, pastilah ada kekurangan tersebut.  Dengan melihat sisi positifnya, sisi negatif tersebut akan berkurang.  

Senin, 13 Mei 2013

Mau sukses? Anda harus tega pada diri sendiri dan orang-orang di sekitar

Salah satu kunci sukses dalam hidup adalah berani berbuat tega. Tega terhadap diri sendiri dengan membiarkan diri sedikit 'menderita' mengatasi cobaan, menghabiskan waktu dan menggunakan tenaga, pikiran dan bahkan sedikit modal agar tujuan langkah selanjutnya dapat tercapai. Seseorang harus mampu melewati berbagai perasaan yang dapat melemahkan diri sendiri, dapat saja perasaan rindu akan sesuatu, melakukan sesuatu yang sama secara berulang kali, mengurangi waktu untuk rileks, dan bahkan harus mampu membiarkan diri sendiri berada dalam kondisi tertekan. No pain, no gain !. Demikian kata orang bijak dan orang-orang yang sudah lebih awal merasakan kesuksesan dalam berkarir, dalam berbisnis, dan sukses dalam hidup.  Jika sudah berhasil, beri diri sendiri 'reward' agar dapat lebih menghargai capaian yang telah dilakukan. Reward untuk diri tidak harus dilakukan dengan mengadakan pesta, tetapi cukup dengan hal-hal kecil tetapi mampu memberi ruang dan waktu kepada diri sendiri untuk berada dalam suasana rileks. Beli makanan favorit, misalnya. atau dapat juga dilakukan dengan melakukan olah raga favorit, atau clubbing dengan teman-teman dekat. atau bahkan, habiskan waktu bersama keluarga dan melakukan aktivitas bersama.

Rabu, 08 Mei 2013

Ciri (lain) Pecundang : Fokus pada kekurangan orang lain

Seseorang hampir pasti akan jadi pecundang jika selalu fokus pada hal-hal yang negatif yang terjadi di sekitarnya. Ia akan tega membiarkan dirinya larut dalam kekurangan orang lain tentunya, dan lupa pada kekurangan diri sendiri. Seorang pecundang akan menggunakan kaca mata negatif dan menolak kelebihan yang dimiliki orang lain. Seorang pecundang akan menutup hatinya untuk melihat kelebihan dan kebaikan orang lain.
Sungguh malang nasib seseorang yang hanya mampu melihat sesuatu selalu dari sisi kekurangan dan tak mampu berpaling untuk melihat sisi positif dari apa yang terjadi di sekitarnya.  Sungguh tersiksa bagi seseorang yang tidak mampu melihat sisi positif dari apa yang terjadi di sekitarnya. Hampir dipastikan, seseorang yang senantiasa melihat sesuatu dari sisi negatif dan kekurangan orang lain, tetapi gagal melihat kekurangan diri sendiri akan selalu gelisah, bawaannya negatif, ekspresinya negatif, susah tersenyum, tidak mampu menghibur diri apa lagi orang lain, dan selalu kelihatan kusut.  Akibatnya pasti dijauhi orang dan dihindari banyak orang. Kedatangannya hanya membuat orang lain merasa tidak nyaman, membuat orang merasa terintimidasi, dan membuat orang cenderung untuk menghindarinya. Senantiasa berfikiran negatif hanya akan membuat seseorang menjadi soliter, dijauhi orang lain, yang paada akhirnya mengurangi silaturrahim, tentunya mengurangi rejeki.
MoreNiche LTD