Masyarakat
kita sudah sangat percaya bahwa semua kesempatan, semua aturan dan semua seleksi
dapat diatur. Semuanya dapat direkayasa, semuanya dapat dikendalikan sesuai
dengan keinginan otoritas. Masyarakat
kita sudah sangat percaya bahwa semua aturan dapat diakali, dapat dicari
pembenaran hukumnya untuk menutupi kejahatan. Masyarakat kita juga sudah sangat
percaya bahwa semua proses seleksi hanyalah
sebuah sebuah formalitas belaka untuk memperoleh sebuah justifikasi.
Menyedihkan
memang. Karena semua keyakinan tersebut tumbuh melalui proses panjang dan
meluas di masyarakat. Masyarakat sudah hampir tidak percaya lagi bahwa masih
ada berusaha untuk melakukan sesuatu dengan benar. Melakukan sesuatu dengan
benar justru diyakini sebagai suatu kekeliruan, dan bahkan dianggap menghambat
pembangunan. Logika mayoritas yang
keliru justru yang mendominasi cara pandang masyarakat. Kegalauan dan ketidakpercayaan
diri masyarakat lalu justru membuat masyarakat terjebak dalam arus keyakinan
dan tindakan yang menyesatkan, merugikan masyarakat sendiri, menyuburkan hedonisme, memperlebar jarak kesejahteraan antara si miskin dengan si kaya, dan berbagai akibat sosial lainnya. Keyakinan seperti ini akan menjadi beban masyarakat, akan menjadi beban bangsa, akan menjadi beban peradaban.
Banyak
masyarakat kita yang dengan santainya menggunakan istilah-istilah yang mengarah
pada mengajak orang lain untuk melakukan tindakan untuk mengambil keuntungan
dari tanggungjawab sosial yang dimiliki. Tidak ada lagi keraguan, perasaan
risih dalam berdiskusi bagaimana sebuah nilai luhur, nilai kebenaran, dipreteli
perlahan-lahan sampai muncul sebuah tindakan manipulatif yang merugikan dan
merendahkan sisi manusiawi masyarakat.
Rekonstruksi tata nilai masyarakat memang harus dilakukan, untuk menghilankan semua prilaku munafik, nepotis, korupsi, kolusi. ANda harus memulai dari diri sendiri, ajak keluarga dan orang di sekitar anda. Bertahanlah dengan tata nilai luhur, karena itulah yang akan membuat hidup lebih bahagia.
Alami, manusiawi, naluriah manusia ingin mencapai keinginannya... sampai disitu belum jadi masalah. Pemaksaan kehendaklah yg bikin jd masalah. Dengan pemaksaan bisa melanggar rambu-rambu, janji, kesepakatan, aturan-aturan yg telah di buat bersama atas dasar kebijaksanaan.
BalasHapusBeberapa orang telah memikirkan nasib orang banyak (masyarakat), dan beberapa orang masih memikirkan diri sendiri. Ini tidak hanya terjadi pada masyarakat kita.
Menjadi bijaksana memang sulit. Salut buat Bapak atas tulisannya. Keep believe, keep smile :-)