Impact Five Limited

Translate

Senin, 04 Mei 2015

Jumat, 26 September 2014

Testimoni Terlambat


Lebih baik aku tulis dalam bahasa yang tersirat. Tak pernah kuceritakan kepada siapapun bahwa ketidaksediaanku adalah karena aku tidak mau dijadikan domplengan. Masih segar dalam ingatan bagaimana kalian mencari sosok gareng, untuk dipajang, tetapi bisa bekerja dalam mainstream yang kalian miliki dan mampu berkontribusi untuk kebaikan kalian, untuk kebaikan bersama. Aku menolak untuk mengambil kesempatan itu untuk memutuskan dominasi kalian di masa mendatang. Aku memutuskan untuk mempersilakan orang lain untuk melintas karpet merah itu.  Meskipun setahun kemudian aku berfikir bahwa sepertinya aku salah pilih orang yang kupersilakan, aku tak menyesal dengan apa yang telah aku putuskan. Aku harus belajar untuk tidak melihat semua kepincangan dan ketidakbecusan ini. Aku harus belajar untuk dapat melupakan bagaiman semua potensi yang kumiliki semestinya dapat bermanafaat untuk memperbaiki semua kepincangan dana ketidakbecusan tersebut.

Jumat, 05 September 2014

If You Can Dream It, You Can Do It!

by Anthony Mullins

“I have heard it said that the first ingredient of success is to dream a great dream.”  John A. Appleman
How often do you dream or aspire? What do you dream of? Why do people struggle to act upon their dreams? Is it fear of failure, insecurity in their abilities or chalk it up to wishful thinking that holds them back? These are questions that my clients ask me all the time. In return I offer, “Isn’t it amazing how people only dream of greatness?”   I have never heard of anyone dreaming of failure or aspiring to be unsuccessful. Failure does not play any part in dreaming. It is the dreamer that instills failure, not the dream. I have read of many very successful dreamers that failed numerous times before they experienced success. The difference is that failure was not going to end their dreams only motivate them to dream bigger.

Rabu, 30 Juli 2014

Mari Terus Berbagi


Kebiasaan  “memberi “ memang merupakan kenikmatan tersendiri, apalagi kalau yang diberikan merupakan sesuatu yang sangat dibutuhkan orang lain. Apalagi kalau orang yang diberi bisa memanfaatkan pemberian tersebut untuk memperbaiki dirinya untuk menjadi lebih baik. Memberi sesuatu kepada orang lain tidak harus dalam bentuk uang atau barang. Memang memberi orang lain dalam bentuk uang akan membuat orang lain dapat mempergunakannya dengan baik sesuai dengan kebutuhannya.    Orang yang sudah ‘candu’ memberi akan senantiasa berusaha untuk memberikan sesuatu kepada orang lain dalam bentuk apapun, bisa saja uang, barang, informasi, nasihat, atau bantuan-bantuan lain yang sangat kecil sekalipun.

Selasa, 22 Juli 2014

I am the master of my fate, and I am the captain of my soul


Tulisan pragmentatif ini bukan merupakan keluhan, tetapi  lebih tepat merupakan  ekspresi  diri yang mungkin dapat bermanfaat bagi pembaca.  Persis enam bulan yang lalu, saya secara resmi diundang ke suatu jamuan makan malam yang bergengsi, yang hanya dilakukan dalam siklus empat atau lima tahun. Sungguh merupakan kehormatan untuk bisa duduk satu meja dengan tuan rumah. Sayapun begitu yakin pasti ada alasan yang begitu kuat dari tuan rumah untuk mengundangku. Begitu banyak orang menanti dan berusaha untuk masuk ke dalam daftar yang diundang, meskipun semua orang tahu kalau pembicaraan dalam jamuan tersebut sangat membutuhkan pengalaman dan pengetahuan. Jelas merupakan kecanggungan yang luar biasa jika tidak memiliki pengalaman dan pengetahuan yang luas kalau ingin menikmati suasana jamuan tersebut. Saat menerima undangan, saya sudah memberi tahu tuan rumah bahwa kira-kira lima belas menit jamuan dimulai, saya harus permisi meninggalkan jamuan sesaat untuk melakukan panggilan yang sudah terjadwal lama, paling lama sepuluh menit. Tuan rumah memaklumi dan mengatakan tidak ada masalah, karena hanya sebentar. Singkat kata, undangan tersebut saya terima karena menghargai tuan rumah, dan saya merasa sangat berpengalaman dan berpengetahuan tentang topik yang akan dibicarakan di meja makan tersebut.

Senin, 14 Juli 2014

Tanggungjawab Pribadi dalam Kebersamaan


Pada akhirnya, setiap orang memang harus menyelesaikan semua urusannya sendiri.  Setiap orang merupakan orang yang paling bertanggungjawab terhadap nasib, warna, arah, perasaan, dan kinerja dirinya sendiri.  Kebersamaan hanya hadir saat semua kepentingan masing-masing berbaur dalam keseketikaan yang sangat merupakan fungsi ruang dan waktu. Di luar kedua dimensi tersebut, semuanya menjadi tanggungjawab masing-masing individu. Terlalu berharap banyak kepada semangat kebersamaan hanya akan melahirkan kekecewaan, apalagi kalau posisi dalam kebersamaan yang ada bukanlah posisi yang mampu mengarahkan dan mewarnai kebersamaan itu.  

Senin, 30 Juni 2014

Peaceful Rice Paddy

This pictures speaks thousands of words. You might have your own comments and perspectives.  Farmers, students, professors, developers, journalists, and others will  have respective ideas and imagination after seeing this picture.

Seven Rules of Life

Here are seven rules of life I accidentally noted from friend of mine's status in facebook.
1. Make peace with your past, so it won't screw up the present
2. What others think of you is none of your business
3. Time heals almost everything, give it to time
4. Don't compare your life to others and don't judge them. You have no idea what their journey is all about.
5. Stop thinking too much. It's alright not to know the answers. They will come to you when you least expect it.
6. No one is in charge of your happiness, except you.
7. Smile. You don't know all the problems in the world.

Minggu, 22 Juni 2014

Beda Tahu dan Kenal


Kalian datang mengatakan “sebaiknya kau tak usah pergi, tak usah kau ambil tanggungjawab itu”. Karena menurut kalian, keputusanku salah secara hukum dan tak pantas. Kalian tak pernah menanyakan mengapa tanggungjawab itu harus diambil. Kalian menyusun ‘saran’ atas asumsi yang kalian bangun sendiri, bukan atas alasan yang kumiliki.  Teman yang baik akan menanyakan alasan mengapa keputusan temannya, bukan datang dengan larangan-larangan dan logika-logika picik untuk sekedar berejakulasi sesaat atau untuk kepentingan subjektif lainnya.  I just reliazed that you people don't particularly know me. Maaf, seperti halnya kalian, ternyata akupun hanya mengetahui kalian, tapi tak pernah mengenal kalian lebih dekat.

Sabtu, 14 Juni 2014

Belajar dari Mimpi


Aku tersentak dan kulihat hanya ada satu orang penumpang lain yang ada di sekitar. Dalah hati bertanya, apa yang telah terjadi dan kemana para penumpang lainnya. Pesawat terasa terbang merendah  dengan kecepatan yang konstan. Pintu pesawat sudah terbuka, terlihat udara begitu cerah. Aku melihat ada satu parasut yang tersisa, tetapi malah diambil oleh penumpang tersebut. sambil melihat parasut di tangannya, aku berfikir apa aku memang mampu menggunakannya, karena jujur saja aku tak tahu bagian mana yang mestinya ditarik agar parasut dapat berkembang. Aku juga tidak tahu berapa lama setelah melompat parasut boleh dikembangkan.  aku sebenarnya bisa menendang orang tersebut keluar dan merebut parasut tersebut. Tapi aku pkir biarlah, karena aku memang tidak tahu bagaimana mengoperasikannya. Aku putuskan untuk melihat keluar melalui pintu yang telah terbuka. Sambil memgang dinding bagian dalam pesawat di dekat pintu, kakiku kujuntai keluar.  Aku yakin bahwa pasti ada waktu yang tepat pada ketinggian yang pas dimana aku akan mampu melompat untuk menyelamatkan diri keluar dari pesawat yang akan jatuh ini. Benar saja, tiba-tiba aku sudah melompat dan mendarat di tanah nyaris tanpa ada hentakan sedikitpun, dan bahkan aku masih dapat melihat pesawat tersebut terus terbang dalam kerendahan. Orang-orang yang menemuiku bertanya apa yang terjadi. Aku bahkan tak dapat menceritakan apakah masih ada pilot di dalam pesawat tersebut. Aku juga tidak tahu bagaimana nasib penumpang lainnya yang telah melompat lebih dahulu dan tega membiarkan aku tertidur. Juga nasib para awak pesawat yang semestinya membangunkanku untuk memberitahu bahwa pesawat dalam keadaan bahaya.  Bahkan sampai terbangun dari tidurkupun, akau tetap tidak mampu mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan dalam mimpiku tadi. 

Ternyata dalam mimpipun, ketenangan menghadapi tekanan, kejujuran pada ketidakmampuan diri sendiri, keikhlasan membiarkan orang lain mengambil sesuatu yang menurutnya lebih cocok untukdirinya, dan keyakinan bahwa kita dapat melakukan sesuatu dengan baik ternyata berbuah kebaikan untuk diri sendiri. Saya sangat yakin dalam kehidupan sehari-hari, ke-empat hal tersebut merupakan elemen yang sangat diperlukan untuk mampu merasakan apa yang disebutkan kebahagiaan.

Jumat, 30 Mei 2014

7 Ways to Get Happy on a Lunch Break …


by Steven Fitzpatrick

7. Try Learning Something New

Haven't you always wanted to learn a new language? Then take your lunch break to do so. If you have an iPhone, you can download some podcasts that will help you learn a new language.

6. A Powernap in the Car

If you are looking to get happy on a lunch break, why not go to your car and take a short powernap. Research has shown that a twenty minute powernap during the day is enough to refuel and make you happy again.

5. Spend Time with Your Spouse

If the two of you work together or work near each other, then meet and have lunch together.

4. Plan a Vacation

Planning a vacation gives a lot to look forward to. So, during your lunch break, break out with your planner and start planning.

If you can change the whole things, change yourself.....

If you can not change the whole things, change yourself.....
MoreNiche LTD