Pancaran aura
positif, baik dalam prilaku dan bertutur akan melahirkan kedamaian tidak hanya
bagi orang yang memancarkan aura positif tersebut, tetapi juga bagi orang-orang
terkena atau bahkan hanya melihat pancaran aura positif tersebut. Kebaikan, atau sisi positif, dari sesuatu
yang diungkapkan secara terus menerus akan memperlebar kebaikan itu sendiri,
dan bahkan mampu memperbaiki kekurangan semua orang. Lalu mengapa masih sering kita temui orang
yang sama sekali tak mampu berterima kasih pada apa yang dimilikinya, orang
yang sama sekali tak mampu melihat, selain dirinya, dari sisi positifnya. Sungguh sangat menyedihkan kalau kita terus
mendengar orang atau sekelompok orang yang sama terus menerus mengeluh tanpa
henti dan mengeritik semua hal yang ada di depan matanya. Luar biasa ‘sudut pandang’ orang seperti ini,
apapun yang ada di sekitarnya selalu dilihat dari sudut pandang yang
negatif. Seseorang perlu kemampuan
sosial untuk selalu berusaha melihat persoalan dari sudut pandang yang positif.
Dalam memandang sesuatu, kalau kita ingin fokus pada dimensi negatif, pasti
akan ketemu, karena tidak ada manusia yang sempurna, apalagi perbuatan manusia.
Orang-orang
yang demikian sama sekali tak layak untuk dibenci, tapi harus dikasihani. Lalu mengapa kita harus merasa sedih dan iba
pada orang-orang yang senantiana mengeluh sembari mengeritik membabibuta tanpa
mampu melihat sesuatu dari sisi positifnya ?. Orang-orang yang demikian biasanya merupakan
orang-orang yang kesepian, kurang percaya diri, sedang gelisah, sedang menutupi
kelemahan, sedang mencari perhatian, atau jangan-jangan memang mengalami penderitaan
psikis dan fisik dimasa lalunya. Orang-orang yang senantiasa berkeluh kesah dan
dikemasi dalam bentuk kegiatan mengeritik sesuatu secara tidak proporsional
sebenarnya tidak sedang membuat menara kebajikan, tetapi seang menggali lubang
untuk dirinya sendiri. Semakin bayak yang disampaikannya, semakin meningkat pemahaman
orang lain tentang kepicikannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar