Sungguh merupakan
pemandangan yang sering kita kihat dimana orang berlomba-lomba mendapatkan uang
dengan cara apapun, dimanapun dan kapanpun. Banyak juga orang melakukannya
dengan melindas nilai-nilai kebenaran, nilai-nilai kemanusiaan dan bahkan
merendahkan martabat diri sendiri. Banyak
diantara pencari uang tersebut juga berfikir dengan memiliki banyak uang,
mereka akan menjadi lebih bahagia. Jika benar kebahagiaan itu dapat dibeli
dengan uang, niscaya kebahagiaan itu hanya milik para konglomerat, para
koruptor yang kaya luar biasa yang mampu membiayai hidup untuk tujuh
keturunannya. Lalu apa yang dimiliki oleh si miskin? Ternyata dalam keseharian
kita, sering dipertontonkan betapa tidak bahagianya orang-orang yang memiliki
banyak uang. Kadang mereka makan saja susah, terlalu banyak pantangan, karena digerogoti
berbagai penyakit. Lebih sedih lagi, pekerja uang ini sangat sibuk mencari
uang, sampai tidak memiliki waktu untuk menggunakannya !. Di sisi lain, kita juga sering melihat betapa
bahagianya seorang yang hanya memiliki uang pas-pasan. Mereka bahagia, tenteram,
dan sehat. Jadi, happiness has nothing to
with the amount of money we have.
Jumat, 29 Maret 2013
Rabu, 27 Maret 2013
Beberapa kekeliruan penanaman nilai kehidupan terhadap anak-anak
Sering kita melihat
di jalanan, bagaimana orang tua dengan tenangnya melanggar lampu lalu lintas
saat membawa anaknya berkendaraan. Pengendara sepeda motor lebih banyak
melakukannya dibanding pengendara kendaraan roda empat. Dalam kesempatan lain,
kita sering juga melihat bagai mana orang tua dengan enaknya menghardik dan
memarahi sesuatu secara berlebihan di depan anak-anaknya ketika tidak puas atau
merasa dilecehkan orang lain. Pernah kita mendengar bagaimana orang tua
mendorong agar anaknya merasa berprestasi dengan cara ikut merekayasa prestasi
tersebut dengan sepengetahuan anaknya. Masih banyak lagi kekeliruan yang
dilakukan orang tua di hadapan anak-anaknya, dan lebih celaka lagi banyak yang
memang secara sengaja dilakukan tanpa ada perasaan malu.
Sering juga
kita melihat bagaimana guru-guru di sekolah dasar berbaris menunggui
murid-muridnya datang di halaman sekolah. Ironisnya mereka menyalami
murid-muridnya sambil ngobrol, sambil baca koran pagi, sambil sms-an, sambil
menelpon tanpa melihat apalagi menatap mata murid-muridnya. Bersalaman menjadi
rutinitas, tanpa makna. Murid-murid juga tahu kalau hal tersebut merupakan
sesuatu yang harus dilewati agar sampai ke ruangan kelas.
Sabtu, 23 Maret 2013
Jangan hindari sesuatu yang pahit
JIka anda merasakan sesuatu
yang pahit jangan langsung dibuang atau
dimuntahkan. Bisa saja yang terasa pahit itu adalah obat untuk menyembuhkan penyakit.
Banyak pil yang rasanya pahit, tetapi malah berfungsi sebagai obat. Daun pepaya
atau kulit kina juga terasa pahit, tetapi punya kemampuan untuk menyembuhkan
penyakit. Alam sebenarnya mengajarkan manusia agar tidak serta merta menolak
sesuatu yang pahit. Demikian juga dengan kenyataan pahit yang dialami dalam
persoalan bisnis dan kehidupan sehari-hari.
Kegagalan yang berulang dalam mencapai tujuan, kritikan pedas namun
konstruktif yang diterima, atau kerugian dalam berbisinis merupakan model–model
kepahitan yang memang harus terjadi dalam perjalanan hidup seseorang. Kesuksesan
tidak dibangun dalam sekejap. Jika kesuksesan instan yang diperoleh, pastilah
kesuksesan itu hanya akan berlangsung dalam waktu yang singkat. Keberhasilan yang berkelanjutan dibangun
dengan tempaan persoalan dan hambatan dalam rentang waktu yang cukup untuk
mendewasakan seseorang dalam menjalankan tanggungjawab kehidupan. Jangan
menganggap kenyataan pahit tersebut sebagai sesuatu yang merupakan akhir dari
segalanya. Kenyataan yang tidak diinginkan sebenarnya merupakan kesempatan
untuk mengevaluasi langkah-langkah yang telah ditempuh. Tidak perlu lantas
berubah haluan dengan mengambil tindakan baru untuk meneruskan langkah yang
telah menjadi tujuan. Kata orang bijak,
ada hikmah dibalik suatu kejadian, termasuk kejadian yang menimbulkan ‘kepahitan’
dalam kehidupan sehari-hari.
Selasa, 19 Maret 2013
Hindari Berteman dengan Koruptor
Sering kita melihat di televisi atau membaca di koran dimana
seseorang sangat gigih menyerukan untuk berhenti melakukan korupsi, berteriak
dan menyampaikan tentang akibat korupsi bagi moral dan integrasi bangsa. Sering
kita juga tidak percaya karena ucapan yang disampaikan tidak sesuai dengan
prilakunya, dan bahkan kadang lembaganya. Seorang koruptor berani merasa
dirinya bersih ternyata sang koruptor memang (mungkin) tahu dan melihat bahwa
banyak lagi koruptor lain yang lebih ‘hebat’ dalam korupsi. Ia berani bersikap
sok bersih (mungkin) karena semata-mata apa yang dilakukannya masih lebih kecil
dibanding apa yang dilakukan koruptor lain.
Prilaku ini muncul karena ia memang bergaul dengan koruptor, sehingga
korupsi yang lebih kecil dari yang dilakukan lingkungannya tidak dianggap sebagai
tindakan korupsi. You are what you see!
Berteman dengan koruptor, pasti akan jadi koruptor. Paling tidak akan memaklumi
tindakan korupsi. Hati-hati memilih teman atau kelompok sosial.
Sebaiknya jangan bersahabat atau berteman dengan orang
yang jelas-jelas melakukan tindakan korupsi, karena terjangkit prilaku korupsi
itu. Korupsi itu menular, lebih berbahaya dari virus penyebab HIV sekalipun, atau
narkoba sekali pun. Sekali ‘terjangkit’,
seseorang akan ketagihan untuk melakukannya, dengan cara apapun, tidak perduli
waktu dan tempat. Sepanjang ada kesempatan untuk korupsi, dalam modus dan objek
apapan, seorang koruptor pasti melakukannya. Singkirkan koruptor yang ada di sekitar kita,
tidak usah berteman dan bergaul dengan koruptor. Mungkin jika diacuhkan dan disingkirkan, (jika koruptor masih punya harga diri dan kebutuhan bersosialisasi) koruptor akan sadar bahwa apa yang dilakukannya tidak dapat diterima orang lain.
Minggu, 17 Maret 2013
Pecundang lebih Fokus pada Hak dibanding Kewajiban
Sangat sering
kita bertemu dengan orang lebih memfokuskan dirinya pada haknya dibanding
menjalankan kewajibannya. Padahal hak tersebut merupakan konsekwensi dari
kewajiban yang dijalaninya. Artinya hak
akana muncul setelah seseorang menjalankan kewajiban. Memfokuskan diri pada hak
dalam menjalankan pekerjaan hanya akan membuat seseorang kurang ikhlas dalam
menjalankan pekerjaan, hanya akan membuat seseorang kurang konsentrasi dalam
menjalankan pekerjaan, yang pada akhirnya akan menurunkan kualitas hasil
pekerjaan. Jika seseorang sudah sampai
pada level ini, maka ia akan masuk dalam lingkaran dimana ia harus bekerja
ekstra keras lagi untuk mencapai level kesempurnaan dalam menjalankan
kewajibannya, karena harus mengkompensasi kemunduran kualitas pekerjaan yang
diberikan. Jika berhasil kembali ke level yang diinginkan, maka sebaiknya
seseorang tetap fokus pada kewajibannya. Jika tidak berhasil kembali memberikan
kualitas yang diinginkan pemberi kerja maka ia akan memasuki lingkaran dimana ia
akan sibuk dengan membela diri atas ketidakmampuannya menjalankan kewajibannya.
Salah satu defensive expression yang diungkapkan adalah tentang haknya. Sikap yang akan muncul adalah mempertanyakan
haknya dari segala lini, menghabiskan energinya untuk menyampaikan beriita
buruk tentang ketidakpuasannya terhadap majikannya.
Berhentilah
mempertanyakan hak kepada perusahaan anda, tanyakan apa yang sudah diperbuat
untuk perusahaan. Jika memang dirasakan kurang diperlakukan dengan adil,
lakukan tuntutan dengan cara dan prosedur yang benar dengan tetap tidak
meninggalkan kewajiban. Selagi seseorang masih merupakan karyawan atau staf,
atau anak buah, atau bahkan pimpinan sekalipun, seseorang tetap mempunyai
kewajiban yang harus dijalankan.
Jumat, 15 Maret 2013
Kebijakan Pertanian yang Salah. Penyebab Harga Bawang Melambung
Kembali
Indonesia dihadapi pada mahalnya harga bawang merah dan bawang putih. Lagi-lagi
dikaitkan dengan impor. Data dari Kementrian Pertanian menunjukkan bahwa nilai
impor bawang putih segar Indonesia pada tahun 2011 saaja mencapai USD 272,6
juta, lalu diikuti dengan bawang merah segar senilai USD 75,5 juta, dan bawang
Bombay segar sebesar USD 32,1 juta. Kecenderungan
Indonesia untuk mengimpor banyak komoditas pertanian sebenarnya tidak terkait
pada kemampuan petani untuk menghasilkannya. Secara teknologi petani Indonesia
sangat menguasai bagaimana memproduksi bawang, jagung, kedele, padi, cabe,
pisang. Dan bahkana secara agroekologis
produksi tanaman tersebut sangat mungkin untuk dilakukan. Kalau tanaman yang memang secara agroekologis
tidak mungkin atau sulit tumbuh di Indonesia masih diimpor, hal itu sangat
dapat dimaklumi. Tetapi mengimpor
beberapa jenis tanaman pangan dan hortikultura yang disebutkan tadi, pasti
bukan disebabkan oleh alasan agroekologis, ataupun oleh alasan ketidakmampuan
petani dalam menghasilkan komoditas
tersebut. Penyebabnya adalah kesalahan
manajemen atau kebijakan impor produk-produk tersebut, dan ketidakseriusan
pemerintah dalam menciptakan rantai agribisnis komoditas tersebut.
Kamis, 14 Maret 2013
Pragmatis, Tidak Selalu Menguntungkan
Mengambil
keputusan bukan hanya domainnya para pemimpin saja, tetapi semua orang selalu
dihadapkan pada situasi harus mengambil keputusan. Salah satu pendekatan yang sering dilakukan
orang dalam bertindak adalah pertimbangan pragmatis. Bertindak pragmatis harus dilakukan secara
tepat dan disesuaikan dengan kondisi pilihan yang tersedia. Tindakan pragmatis mungkin
hanya bermanfaat ketika menghadapi pilihan-pilihan yang secara substansi tidak
berbeda. Tetapi jika keputusan pragmatis digunakan pada saat harus menyelesaikan
permasalahan yang bersifat dilematis, maka tindakan tersebut hanya akan mampu
menunda penyelesaian persoalan, hanya akan memindahkan persoalan yang muncul,
tanpa mampu menyelesaikan persoalan secara mendasar. Jadi, bertindak dan
berfikir pragmatis tidak selalu menguntungkan. Bertindaklah dan ambilah keputusan
dengan logis dan menyeluruh, meski hal tersebut melelahkan.
Kamis, 07 Maret 2013
Communication skills are upgradeable things
Effective communication, both verbal and written, requires particular skills in delivering the messages. Knowledgeable authorities should not only have to master the content of communication, but also know how to make their listeners and readers understand the messages. Here are the classification of communication skills that might be used to evaluate the authority ability to deliver their messages.
1. Good in speaking, good in writing
2. Good in speaking, poor in writing
3. Poor in speaking, good in writing
4. Poor in speaking, poor in writing
Please check and find your communication ability. Someone belongs to the first group is a lucky and happy person. Nevertheless, someone refers to the fourth group might be classified as an unhappy individual. No need to worry, communication skills is an upgradeable thing. Take a writing or speaking class will be a wise thing to do.
Selasa, 05 Maret 2013
Kesabaran : Kunci Sukses Mengelola Tekanan
Meskipun tidak selalu benar, watak seseorang sering muncul
pada saat seseorang sedang berada dalam kondisi tertekan. Pragmatisme atau
bahkan prilaku egois sering muncul pada saat ini. Kondisi tertekan, apalagi menyangkut
kepentingan diri, atau menyangkut harga diri sering mendorong seseorang untuk
mengabaikan nilai-nilai kebenaran dan bahkan berprilaku destruktif terhadap
orang lain. Sedikit saja bersabar, atau
mencoba untuk memahami tekanan yang dihadapi memungkinkan seseorang untuk tidak
mengorbankan nilai-nilai hakiki kemanusiaan.
Jika tidak mampu mengelola kondisi tertekan dengan biaik, seseorang tidak
hanya akan merugikan orang lain dan diri sendiri, tapi membuat seseorang
kelihatan bodoh.
Jumat, 01 Maret 2013
Landasan Persahabatan
Persahabatan merupakan sebuah anugerah yang sangat berarti bagi setiap orang. Persahabatan memberikan keceriaan dalam keseharian seseorang. Begitulah persahabatan itu semestinya. Dari seluruh orang yang kita kenal, mungkin hanya sepuluh persen yang benar-benar merupakan sahabat. Selebihnya mungkin hanya sekadar merepotkan. Tapi itulah realita kehidupan !. Persahabatan sejati tidak dijalin atas dasar kepentingan sesaat, uang dan bisnis. Jika hal tersebut yang merupakan dasarnya, maka persahabatan itu hanya ada selama kepentingan, uang dan bisnis itu ada. Ketika ketiganya tiada, maka persahabatanpun hilang ditelan keadaan dan ternyata semua yang pernah terjadi dalam persahabatan itu hanya merupakan basa basi belaka. Sejatinya persahabatan itu dilandasi oleh kesamaan nilai, yakni nilai kebenaran, nilai kemanusiaan, nilai akidah untuk kebaikan dan kebahagiaan bersama. Karena landasan-landasan tersebut merupakan nilai-nilai yang menjadi semangat dan visi persahabatan serta tidak akan pernah hilang, maka persahabatan itu tidak akan pernah hilang. Persahabatan yang akan terjadi tidak akan saling mengeksploitasi, tetapi akan saling membesarkan dalam satu ideologi kebenaran, kemanusiaan dan akidah untuk kebaikan dan kebahagiaan bersama.
Langganan:
Postingan (Atom)