Sering kita melihat di televisi atau membaca di koran dimana
seseorang sangat gigih menyerukan untuk berhenti melakukan korupsi, berteriak
dan menyampaikan tentang akibat korupsi bagi moral dan integrasi bangsa. Sering
kita juga tidak percaya karena ucapan yang disampaikan tidak sesuai dengan
prilakunya, dan bahkan kadang lembaganya. Seorang koruptor berani merasa
dirinya bersih ternyata sang koruptor memang (mungkin) tahu dan melihat bahwa
banyak lagi koruptor lain yang lebih ‘hebat’ dalam korupsi. Ia berani bersikap
sok bersih (mungkin) karena semata-mata apa yang dilakukannya masih lebih kecil
dibanding apa yang dilakukan koruptor lain.
Prilaku ini muncul karena ia memang bergaul dengan koruptor, sehingga
korupsi yang lebih kecil dari yang dilakukan lingkungannya tidak dianggap sebagai
tindakan korupsi. You are what you see!
Berteman dengan koruptor, pasti akan jadi koruptor. Paling tidak akan memaklumi
tindakan korupsi. Hati-hati memilih teman atau kelompok sosial.
Sebaiknya jangan bersahabat atau berteman dengan orang
yang jelas-jelas melakukan tindakan korupsi, karena terjangkit prilaku korupsi
itu. Korupsi itu menular, lebih berbahaya dari virus penyebab HIV sekalipun, atau
narkoba sekali pun. Sekali ‘terjangkit’,
seseorang akan ketagihan untuk melakukannya, dengan cara apapun, tidak perduli
waktu dan tempat. Sepanjang ada kesempatan untuk korupsi, dalam modus dan objek
apapan, seorang koruptor pasti melakukannya. Singkirkan koruptor yang ada di sekitar kita,
tidak usah berteman dan bergaul dengan koruptor. Mungkin jika diacuhkan dan disingkirkan, (jika koruptor masih punya harga diri dan kebutuhan bersosialisasi) koruptor akan sadar bahwa apa yang dilakukannya tidak dapat diterima orang lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar