Kebiasaan
“memberi “ memang merupakan kenikmatan tersendiri, apalagi kalau yang
diberikan merupakan sesuatu yang sangat dibutuhkan orang lain. Apalagi kalau
orang yang diberi bisa memanfaatkan pemberian tersebut untuk memperbaiki
dirinya untuk menjadi lebih baik. Memberi sesuatu kepada orang lain tidak harus
dalam bentuk uang atau barang. Memang memberi orang lain dalam bentuk uang akan
membuat orang lain dapat mempergunakannya dengan baik sesuai dengan
kebutuhannya. Orang yang sudah ‘candu’
memberi akan senantiasa berusaha untuk memberikan sesuatu kepada orang lain
dalam bentuk apapun, bisa saja uang, barang, informasi, nasihat, atau
bantuan-bantuan lain yang sangat kecil sekalipun.
Rabu, 30 Juli 2014
Selasa, 22 Juli 2014
I am the master of my fate, and I am the captain of my soul
Tulisan pragmentatif ini bukan merupakan keluhan, tetapi lebih tepat merupakan ekspresi diri yang mungkin dapat bermanfaat bagi
pembaca. Persis enam bulan yang lalu, saya
secara resmi diundang ke suatu jamuan makan malam yang bergengsi, yang hanya
dilakukan dalam siklus empat atau lima tahun. Sungguh merupakan kehormatan
untuk bisa duduk satu meja dengan tuan rumah. Sayapun begitu yakin pasti ada
alasan yang begitu kuat dari tuan rumah untuk mengundangku. Begitu banyak orang
menanti dan berusaha untuk masuk ke dalam daftar yang diundang, meskipun
semua orang tahu kalau pembicaraan dalam jamuan tersebut sangat membutuhkan pengalaman dan
pengetahuan. Jelas merupakan kecanggungan yang luar biasa jika tidak memiliki
pengalaman dan pengetahuan yang luas kalau ingin menikmati suasana jamuan tersebut. Saat
menerima undangan, saya sudah memberi tahu tuan rumah bahwa kira-kira lima
belas menit jamuan dimulai, saya harus permisi meninggalkan jamuan sesaat untuk melakukan
panggilan yang sudah terjadwal lama, paling lama sepuluh menit. Tuan rumah memaklumi dan
mengatakan tidak ada masalah, karena hanya sebentar. Singkat kata, undangan
tersebut saya terima karena menghargai tuan rumah, dan saya merasa sangat
berpengalaman dan berpengetahuan tentang topik yang akan dibicarakan di meja
makan tersebut.
Senin, 14 Juli 2014
Tanggungjawab Pribadi dalam Kebersamaan
Pada akhirnya, setiap orang memang harus
menyelesaikan semua urusannya sendiri. Setiap
orang merupakan orang yang paling bertanggungjawab terhadap nasib, warna, arah,
perasaan, dan kinerja dirinya sendiri. Kebersamaan
hanya hadir saat semua kepentingan masing-masing berbaur dalam keseketikaan yang sangat merupakan
fungsi ruang dan waktu. Di luar kedua dimensi tersebut, semuanya menjadi
tanggungjawab masing-masing individu. Terlalu berharap banyak kepada semangat
kebersamaan hanya akan melahirkan kekecewaan, apalagi kalau posisi dalam
kebersamaan yang ada bukanlah posisi yang mampu mengarahkan dan mewarnai kebersamaan
itu.
Langganan:
Postingan (Atom)