Tidak semua yang kita rencanakan selalu berjalan
seperti yang kita harapkan. Ada batasan dimana kita dapat memprediksi
kehampirpastian jadwal dan rencana dapat berjalan dengan baik. Mengikuti jalan
pikiran orang yang merasa superior, ciri orang yang tidak professional dan ciri
seorang pecundang tentunya, memang melelahkan. Terpikir untuk memuntahkan semua
kekesalan dengan menunjukkan betapa superioritas yang mereka tunjukkan sangat merugikan orang
lain. Superioritas yang hanya sebenarnya merendahkan diri mereka sendiri,
meskipun kita yang harus merasakan ketidaknyamannya. Salah satu superioritas yang dapat terjadi
kepada kita semua adalah perubahan jadwal yang seenaknya oleh mitra kita,
padahal kita sudah mengeluarkan biaya, waktu dan tenaga untk mengikuti
pertemuan yang dijadwalkan. Mitra kita sangat tahu, jika sikap tidak
menghargai mitra pasti punya konsekwensi, salah satunya kehilangan kepercayaan,
yang bahkan dapat menyebabkan hilangnya kemitraan itu sendiri. Tulisan ini tidak bermaksud untuk
mendiskusikan apa yang dapat kita lakukan terhadap superioritas yang ditunjukkan oleh mitra kita,
tetapi bagaimana mensiasati perasaan kesal dan kecewa supaya tidak menjadi
kontra produktif terhadap kinerja kita sendiri.
Setiap orang pasti punya cara yang produktif untuk
menghadapi situasi ini. Kerugian secara finansial yang dialami jangan terlalu
dipikirkan. Yakin saja bahwa biaya tersebut merupakan bagian dari resiko
pekerjaan. Yakin saja bahwa akan
diperoleh kompensasi melalui aktivitas lainnya. Waktu yang telah terkorban
sia-sia, segera dimanfaatkan dengan membaca, menulis, menonton televisi,
mendengarkan radio tentang hal-hal berbeda dari rutinitas kerja kita. Kita juga
dapat memanfaatkan waktu dengan mengunjungi tempat yang berbeda dengan salah
satu elemen perkerjaan kita. Manfaatkan waktu dengan mengobrol dengan
orang-orang yang tidak mengetahui dunia kerja kita. Mungkin masih ada hal lain yang sudah dapat
anda lakukan. Lakukan saja, tidak ada yang salah. Tidak perlu mengungkapkan perasaan kesal dan kecewa dalam
jaringan social, facebook atau twitter atau jaingan lainnya. Karena hal tersebut justru akan mengabadikan
ketidaknyamanan kita sendiri. Intinya, jangan berinteraksi dan melakukan
kegiatan yang berkaitan dengan kerja kita, karena hal itu hanya akan
mempertebal perasaan kesal dan kecewa terhadap ketidakprofesionalan mitra kita
dalam mengatur waktu.
Yang pasti, tidak semua itu harus dilakukan, tapi pilih
salah satu atau dua hal saja yang sesuai dengan bakat dan keahlian kita agar
keterlantaran kita berbuah kebaikan. Kalau kita memang termasuk tipe orang yang
kurang pandai ngobrol, jangan paksakan
untuk ngobrol. Keterlantaran yang terjadi pada diri kita harus dikelola dengan
bijak, agar tidak merusak ritme kerja kita, sehingga produktivitas kita tetap
terjaga. (zie)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar