Menurut pengakuan beberapa teman, perasaan
dilecehkan, perasaan dihina, apalagi difitnah, lalu mengakibatkan kerugian
secara moril maupun materil, ternyata sulit untuk dihilangkan begitu saja.
Meski sudah berupaya dengan sekuat tenaga untuk tidak mengingatnya, selalu saja
muncul seketika, kadang-kadang pada saat yang tidak diduga. Munculnya ingatan
kesal dan pedih secara mendadak ini dapat membahayakan diri sendiri atau orang
lain, karena ekspresi penyalurannya untuk menghilangkan perasaan dilecehkan,
dihina atau difitnah cenderung membabi buta dan melibatkan apa saja yang ada di
sekitarnya. Ada gelas, dapat saja gelas tersebut ditepis atau dibanting. Ada
pengendara lain, dpat saja mereka dihardik atau diklakson. Apa saja situasi
yang kurang berkenan yang ada pada saat munculnya perasaaan terleceh, terhina,
dan terfitnah akan segera ditangkap dan dijadikan sasaran pelampiasan.
Kadang-kadang persoalan sepele dapat menjadi besar. Padahal sesungguhnya bukan
persoalan yang sedang muncul yang menjadi pendorong untuk marah, tetapi sebenarnya
perasaan terleceh, terhina, dan terfitnah
yang menjadi pemicu. Melakukan
pembalasan terhadap orang yang melecehkan mungkin saja dapat menghilangkan
perasaan-perasaaan tersebut. Tetapi hal ini sebenarnya justru merupakan
tindakan pelecehan terhadap diri sendiri.
Tidak ada jaminan bahwa membalas dendam akan menghilangkan perasaan
terleceh, terhina, dan terfitnah tersebut. Jangan-jangan malah akan memunculkan
persoalan baru yang lebih parah dan tak terkendali. Intinya, tidak ada perlunya untuk membalas
dendam. Kebenaran akan terkuak. Waktu akan membuka semua kebenaran
perlahan-lahan. Merasa sakit dan pedih merupakan respon manusiawi. Suatu saat,
orang akan datang menyangkali apa yang mereka yakini, dan meminta maaf.
Kalau kita percaya bahwa waktu dapat menyembuhkan
perasaan terleceh, terhina dan terfitnah, mungkin ada beberapa hal yang dapat
dilakukan. Pertama, jika perasaan
sakit, pedih dan kecewa tiba-tiba muncul, segeralah beristighfar atau menyebut
nama Allah, agar dijauhkan dari sifat pendendam. Ke-dua,
jika masih terasa sakit menyesakkan dada, wudhu dan shalat. Ke-tiga,
cari kesibukan baru yang menantang. Atau paling tidak baca buku edisi baru pada
topik atau pengarang favorit anda. Energi
yang harus dikeluarkan seseorang untuk memastikan ‘proyek’ barunya berjalan
lancar cukup untuk melupakan kepedihan hati. Ke-empat, bersedakah atau membantu orang-orang yang membutuhkan.
Apa saja yang dapat disedekahkan. Nikmati dan dapatkan kenikmatan yang tak
terduga dari bersedakah. Ke-lima,
jangan berusaha untuk membuktikan kalau anda benar. Kebenaran akan datang sendirinya,
seiring dengan waktu yang merontokkan fitnah. Memang susah untuk tidak membela diri, tapi yakinlah dibalik
perasaan terleceh, terhina dan terfitnah ada hikmah yang tidak kita bayangkan sebelumnya.