Tidak dapat
dipungkiri bahwa penggunaan berbagai perangkat komunikasi telpon seluler dengan
berbagai fitur yang dimilikinya dan dipadu dengan koneksi internet memberikan
banyak sekali kemudahan bagi masyarakat dalam menyelesaikan kebutuhan kesehariannya.
Jarak dan waktu bukan lagi menjadi pembatas dalam berkomunikasi untuk bertukar
informasi yang dibutuhkan. Pengetahuan
dan informasi secara luas dapat diperoleh dengan mudah, meski harus dipejalari dulu kebenarannya. Namun
di sisi lain, kemajuan teknologi ini
juga melahirkan beberapa ironi dalam kehidupan masyarakat.
Sering kita
melihat dua atau tiga orang bertemu dan menghabiskan waktu secara bersama,
namun mereka lebih sering memainkan telpon seluler atau ipad yang dimilikinya,
dan bahkan lebih banyak tertawa dan tersenyum pada interaksi virtualnya. Bahkan sering terjadi dalam keluarga kecil,
waktu bersama setelah makan malam misalnya, semuanya asyik sendiri dan
terkoneksi dengan internet. Mereka
bersama secara fisik, tapi secara esensi tidak bersama, karena masing-masing
larut dengan interaksi dunia maya-nya.
Keberadaan
telpon genggam sudah dimaklumi menggusur dan bahkan merubah bisnis kantor pos,
karena orang lebeih cenderung bertukar informasi dengan menggunakan gadgets
yang dimilikinya. Orang tidak lagi bertukar cerita dan pengalaman melalui
surat, tetapi lebih memlilih telpon genggam, email, dan berbegai media sosial
(dunia maya) lainnya. Tak banyak lagi ucapan selamat Idul fitri (dan perayaan lainnya) yang dikirim melalui kartu lebaran, semuanya tergeser oleh
teknologi komunikasi ini. Sekarang,
seorang anak yang sedang kuliah di kota lain, kalau mau minta uang kepada orang
tuanya tidak lagi harus menggunakan surat yang ditulis tangan dan dikirim
melalui kantor pos atau dititipkan dengan bis kota yang menghubungi dirinya
dengan kota orang tuanya. Tetapi, mereka hanya kirim pesan singkat lewat telpon
genggam. Hebatnya lagi, orang tuanya,
sambil bermalas-malasan juga sudah langsung bisa kirim uang yang diminta
anaknya melalui telpon genggam.
Sesederhana itu ! semuanya jadi sangat praktis, hemat waktu, hemat
tenaga.
Masih banyak
lagi contoh kemudahan yang dihadirkan oleh kemajuan teknologi informasi dalam
kehidupan manusia. Mau beli sate, air isi ulang, gal elpiji, ikan segar, dan
berbagai keperluan lainnya, dan bahkan pulsa telpon semuanya dilakukan tanpa
interaksi langsung, semuanya dengan menggunakan telpon. Pemesanan tiket (pesawat, travel,
pertandingan, pertunjukan, dan lain-lain), hotel, bis, dan belanja keperluan
sehari-haripun sekalipun orang cenderung menggunakan media dan teknologi
internet.
Di
kampus-kampus yang maju juga demikian. Mahasiswa mengisi rencana studi secara
online, diskusi dengan dosen wali melalui email, facebook atau media lainnya.
Dosen menyetujui rencana studi semesteran juga online. Nilai dimasukkan dosen
secara online, mahasiswa lihat nilai mereka secara online. Materi kuliah dapat
diakses di situs milik dosen, diskusi dan tanya jawab juga dapat dilakukan secara
online. Interaksi secara fisik cenderung hanya terjadi dalam kelas atau
laboratorium. Semuanya bergerak ke virtual interaction.
Perubahan pola
interaksi antar sesama manusia sebagai akibat kemajuan teknologi memang sudah
diprediksi dan dibayangkan oleh beberapa futurelog sekitar lima puluh tahun
yang lalu. Sebut saja Alvin Toffler misalnya. Kemajuan teknologi informasi
mendorong seorang manusia untuk semakin menyendiri dalam menyelesaikan
kebutuhan hidupnya. Pergeseran menuju
individu yang lebih banyak menyendiri akan semakin banyak melibatkan jumlah
manusia, karena kemajuan teknologi yang belum disodorkan ke masyarakat juga
masih sangat banyak. Belum lagi jumlah
anak-anak sekarang yang sudah sangat banyak yang mengenal dan menggunakan
kemajuan teknologi informasi ini. Di masa depan, hidup mungkin bisa jadi
semakin efisien dengan produktivitas yang tinggi. Tetapi manusia akan kehilangan kehidupan
sosial yang lebih nyata secara fisik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar