Gonjang ganjing pemilukada di negeri ini sering membuat orang lupa berbagai keperihan dan tantangan hidup yang harus ditaklukkan. Lupa sesaat akan tujuan dan target-target harian hanya semata untuk ikut memeriahkan pesta demokrasi yang dianggap hak setiap orang. Segmen masyarakat seperti ini biasanya merupakan bagian dari masyarakat kita yang sedang mencari kepastian untuk mencari ketenangan secara ekonomis. Jumlahnya sangat banyak, bahkan puluhan juta untuk skala nasional.
Pemilukada di beberapa provinsi kota dan kabupaten sering manawarkan tokoh-tokoh dadakan, yang tak punya jejak rekam yang mumpuni untuk jadi kepala daerah atau untuk menjadi wakil rakyat. Lebih parah lagi, sering ditemukan calon-calon tersebut adalah orang-orang yang sudah beberapa kali pindah partai. Pindah partai ? itulah kenyataannya. Partai politik semestinya punya idealisme dan karakter bagi anggotanya. Parpol mesti ikut mencerdaskan masyarakat secara politik. Rakyat menilai sepak terjangnya kader-kader setiap partai di panggung politik. Kadang dan bahkan sering kader sesama partai saling gontok-gontokan untuk hal-hal yang sepele. Sering kali masyarakat merasa bersalah karena telah memilih mereka untuk jadi wakilnya di dewan perwakilan rakyat. Masyarakat berfikir jangan untuk mewakili orang lain, mewakili dirinya untuk tampil dengan lebih bermartabat juga susah. Memang tidak semua wakil rakyat atau politisi seperti ini. Tapi, kalau banyak kejadian yang memalukan terjadi di kalangan politisi, paling tidak hal tersebut mencerminkan standard values yang mereka miliki. Kembali ke soal pindah partai. Rasanya sangat menggelikan. Dengan gampangnya seseorang pindah menjadi kader partai lain, hanya karena kurang beruntung di partai sebelumnya. Menggelikan memang, tetapi itulah realitanya. Yang pasti pendidikan politik Indonesia masih harus ditingkatkan lagi. Pendidikan politik tidak hanya dibutuhkan bagi masyarakat awam, tetapi bagi para politisi itu sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar