Berbagai
modus kupon berhadiah yang mendorong dan mendidik masyarakat utk
mendapatkan hasil dgn jalan pintas. Lihat saja di koran-koran lokal di
banyak daerah. Semuanya itu model pembodohan sistimatis yg dilakukan
pemimpin, politikus, dan tokoh masyarakat yang harus diwaspadai. Saling
membesarkan sesama manusia memang dianjurkan, tetapi membesarkan diri
sendiri dengan membodohi masyarakat sangat tidak terpuji. Masyarakat
yang harus cerdas dan mencerdaskan diri, kalau tidak, masyarakat akan
terus dieksploitasi dan dibodohi pihak lain untuk mendulang populeritas
sesaat.
Mungkin
tidak ada masalah dengan medianya, apalagi media yang memang mengembangkan
model komunikasi transaksional dengan pembacanya sehingga memungkinkan
terjadinya proses negosiasi makna antara apa yang disajikan dengan yang masyarakat maknai. Yang justru bermasalah mungkin adalah sikap masyarakat yang
permisif dan membiarkan hal itu terjadi tanpa menunjukkan keberatan atau
perlawanan, sehingga media dengan leluasa memanfaatkan ruang tersebut.
Langkah kongkrit setiap individu dapat dilakukan dengan tidak berpartisipasi
dalam program 'bagi-bagi rejeki', 'bagi-bagi belanja', 'bagi-bagi uang
buka', atau apalah modus-modus lainnya.
Meskipun sebagian orang menganggap modus kupon undian berhadiah adalah salah satu strategi pemasaran untuk
memperkenalkan dirinya dalam dunia politik merupakan hal yang sah-sah saja, masih banyak orang yang lebih percaya bahwa modus seperti itu cermin ketidakmampuan kandidat dalam meyakinkan masyarakat untuk memilihnya. Banyak (calon) politikus yang melakukannya dengan mengeksploitasi mimpi masyarakat untuk mendapatkan sesuatu yang lebih dengan cara-cara yang gampang. Pembodohan kepada masyarakat harus dihentikan. Realita ini memang terasa getir. Tetapi justru disinilah tugas kita yang cukup menantang: mencerdaskan untuk masyarakat dan melawan
"Der Media-Gewalt" ("kejahatan media"). Jargon "siapa yang menguasai
informasi (media) dapat menguasai dunia" dipraktikan di tengah
masyarakat yang masih pragmatis dan hedonik.