Dalam
berkomunikasi, baik secara lisan maupun secara tulisan, sering kita menemui
seseorang beragumentasi dengan mengatasnamakan sekelompok orang, atau
sekelompok masyarakat untuk meyakinkan lawan bicaranya atau para pembacanya. Metode
ini memang kadang efektif apalagi jika argumen ditujukan kepada orang-orang
yang malas membaca atau kurang berpengetahuan dan cenderung untuk mengikuti popular belief dalam komunitasnya. Model komunikasi seperti ini disebut dengan argumentum ad populum. Banyak orang yang lalu menggunakan metode ini
untuk mengeksploitasi kelambabanan seseorang dalam berfikir, atau kecenderungan
seseorang yang ingin serba instan dan tidak memiliki kepedulian sosial.
Namun demikian,
bagi orang-orang yang kritis dan berpengetahuan, argumentasi seperti ini sangat
terlihat jelas tidak berbobot dan sangat jelas menunjukkan hal yang tidak relevan
antara substansi komunikasi dengan apa yang disampaikan sebagai sebuah argumen dalam
bentuk ‘tuntutan’ atau ‘kesepakatan’ suatu komunitas. Kita sangat sering mendengar orang yang
berargumentasi seolah-olah apa yang disampaikan adalah untuk kepentingan
masyarakat banyak, padahal sebenarnya sikap tersebut merupakan ketidakmampuannya
dalam menjelaskan inti persoalan dengan baik, dan atau dapat saja merupakan
langkah diplomasi untuk mensukseskan tujuan-tujuan individu. Jadi, jangan percaya begitu saja terhadap suatu argumen-argumen
yang mengatasnamakan kepentingan komunitas, atau kelompok tertentu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar