Impact Five Limited

Translate

Selasa, 22 Juli 2014

I am the master of my fate, and I am the captain of my soul


Tulisan pragmentatif ini bukan merupakan keluhan, tetapi  lebih tepat merupakan  ekspresi  diri yang mungkin dapat bermanfaat bagi pembaca.  Persis enam bulan yang lalu, saya secara resmi diundang ke suatu jamuan makan malam yang bergengsi, yang hanya dilakukan dalam siklus empat atau lima tahun. Sungguh merupakan kehormatan untuk bisa duduk satu meja dengan tuan rumah. Sayapun begitu yakin pasti ada alasan yang begitu kuat dari tuan rumah untuk mengundangku. Begitu banyak orang menanti dan berusaha untuk masuk ke dalam daftar yang diundang, meskipun semua orang tahu kalau pembicaraan dalam jamuan tersebut sangat membutuhkan pengalaman dan pengetahuan. Jelas merupakan kecanggungan yang luar biasa jika tidak memiliki pengalaman dan pengetahuan yang luas kalau ingin menikmati suasana jamuan tersebut. Saat menerima undangan, saya sudah memberi tahu tuan rumah bahwa kira-kira lima belas menit jamuan dimulai, saya harus permisi meninggalkan jamuan sesaat untuk melakukan panggilan yang sudah terjadwal lama, paling lama sepuluh menit. Tuan rumah memaklumi dan mengatakan tidak ada masalah, karena hanya sebentar. Singkat kata, undangan tersebut saya terima karena menghargai tuan rumah, dan saya merasa sangat berpengalaman dan berpengetahuan tentang topik yang akan dibicarakan di meja makan tersebut.

Sesuai izin dan maklum tuan rumah, saya memang meninggalkan meja makan, tepat lima belas  menit setelah jamuan dimulai.  Kepada semua undangan yang ada di meja kami, saya minta izin sebentar.  Sambil menelpon saya masih dapat meihat apa yang terjadi di meja jamuan tersebut.  Tepat tujuh menit setelah itu, saya masuk kembali ke ruangan dimana jamuan berlangsung. Betapa kagetnya ketika saya masuk. Belum sempat duduk kembali di kursi, saya melihat tuan rumah kebingungan dan ketika saya tanyakan apa yang terjadi, beliau hanya menunduk lesu sambil berkata, “ternyata keputusan saya mengundang anda dalam jamuan ini sungguh membuat orang banyak bertanya   karena anda sudah ikut jamuan ini 10 tahun yang lalu, dan lima tahun yang lalu”. “ Hal itulah yang membuat saya susah untuk memberikan justifikasi etika atas kehadiran anda”. Tuan rumah melanjutkan, “saya sangat membutuhkan anda dalam diskusi ini”. 

Melihat tuan rumah dalam posisi yang sulit, saya langsung menyimpulkan bahwa saya harus keluar dari jamuan ini, demi kenyamanan tuan rumah dalam memimpin jalannya diskusi dan menjaga suasana jamuan makan malam yang istimewa ini. “Bos, “, kata saya, “ Jangan ragu untuk mengatakan itu. Itu akan lebih baik untuk kita semua”. Tuan rumah tanpa kaget akan penerimaan saya atas situasi yang dihadapinya.  Lalu saya sampaikan “Saya berterima  sudah diundang, dan bagi saya itu adalah suatu kehormatan dan pengakuan atas pengalaman dan pengetahuan saya.  Saya juga sudah memenuhi undangan ini sebagai bentuk komitmen persahabatan, persaudaraan dan kemanuisiaan”.  Lalu saya sampaikan kepada peserta jamuan ucapan terima kasih atas kebersamaan yang sangat singkat ini. Satu per satu mereka saya salami. Semuanya tak mampu berbicara, seperti tak menduga kalau hal ini akan berlangsung begitu mudah. Sambil meninggalkan ruangan menuju halaman rumah yang cukup bergengsi untuk kebanyakan orang, antara kaget dan perasaan ditolak, bercampur rasa senang untuk tidak terlibat dalam diskusi seperti itu, saya masih sempat menyalami panitia jamuan bahkan dengan petugas catering dan keamanan. Tampak dari ekspresi mereka seolah bertanya-tanya mengapa saya meninggalkan jamuan, padahal begiu banyak orang menginginkan hadir dalam jamuan itu.  Saya lalu ingat status seorang teman “ I am the master of my fate, and I am the captain of my soul”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MoreNiche LTD